Anzanie_Komara. Diberdayakan oleh Blogger.

*

*

RSS

 Pasangan yang sudah menikah tentu sangat ingin segera punya anak. Tetapi adakalanya  sampai bertahun-tahun belum juga dikaruniai anak. Hal itu tentunya membuat pasangan  tersebut bertanya-tanya kenapa ya tak kunjung hamil-hamil juga?
Apa ada yang salah? Biasanya pasangan yang belum dikaruniai anak menunggu hingga 2-3 tahun baru memeriksakan diri chek up kesuburan.
Padahal chek kesuburan sangatlah penting, tidak perlu menunggu setahun apalagi 2 tahun untuk chek kehamilan asalkan usia sudah cukup sebaiknya langsung diperiksa setelah menikah.
Yang perlu dipahami bahwa ada persyaratan untuk bisa hamil, yakni adanya ovulasi yang normal atau salah satunya ditandai dengan haid teratur yang menndakan wanita mmemiliki rahim  (uterus), endometrium, serta saluran telur yang normal. Serta pemeriksaan analisa sperma  suami.
Tahapan-tahapan pemeriksaan dimulai dari riwayat klinik, konseling sebelum hamil, pemeriksaan fisik termasuk ukuran tinggi badan, berat badan, juga pemeriksaan rutin infertilitas dengan melakukan deteksi ovulasi, penilaian fungsi saluran telur dan analisa sperma.
Jika suami sudah pernah diperiksa analisa spermanya dan ternyata negatif pemeriksaan baru konsentrasi ke istri.
Mengkonsumsi Taoge bisa membantu untuk menambah kesuburan , karena merupakan kecambah yang berasal dari biji-bijian. Seperti halnya kacang hijau (phaseolus aureus) yang banyak mengandung vitamin E, C, dan B.
  • Vitamin E mengandung anti oksidan yang dapat melindungi sel-sel telur (sprematozoa) dari berbagai kerusakan akibat serangan radikal bebas.
  • Vitamin C sangat penting untuk kesuburan (fertilitas). Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan sel sperma menjadi lengket yang mengakibatkan sel sperma sulit mencapai sel telur.
  • Sementara untuk vitamin B, Kadar vitamin B akan meningkat 2,5-3 kali lipat yang dapat membantu proses pencernaan glukosa. Ketika glukosa telah dihasilkan, maka dia akan memberi masukan pada sel-sel saraf, termasuk sel saraf pada organ-organ kesuburan pria.
Untuk mendeteksi infertilitas sejak dini perhatikan tips berikut:
1. Ikuti gaya hidup sehat
2. Cek Kehamilan. jangan menunggu setahun untuk melakukan cek kehamilan . jika usia sudah cukup begitu menikah sebaiknya langsung periksa. Pemeriksaan pranikah sebaiknya dilakukan.
3. Faktor-faktor infeksi perlu dicek seperti infeksi pada mulut rahim, CMV (Cytomegalovirus) dan rubella.
4. Catat riwayat haid dan dianalisa, apalagi kalau sudah muncul gangguan haid.


Usia pernikahan Anda sudah memasuki tahun ke lima, bahkan lebih. Namun, hingga kini Anda belum dikaruniai seorang anak pun untuk memeriahkan rumah Anda. Sedih? Tentu saja. Biasanya, wanita belum merasa “sempurna” jika ia belum menjadi seorang ibu.
Anda akan bertanya-tanya, apakah aku mandul? Apakah aku tidak subur? Apakah aku tak bisa mendapatkan anak dari rahimku sendiri?
Nah, apa sebenarnya infertilitas / ketidak suburan itu?
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah satu tahun melakukan aktivitas seksual tanpa adanya kontrasepsi. Menurut definisinya, infertilitas terbagi menjadi 3 kelompok:
  1. Infertilitas primer. Ketidak suburan ini mengacu pada ketidakmampuan untuk hamil pada wanita di/sejak  masa lalu.
  2. Infertilitas sekunder. Yakni ketidakmampuan / kesulitan untuk hamil di masa sekarang, sementara sebelumnya sudah pernah hamil dan melahirkan.
  3. Recurrent Miscarriage atau disebut juga keguguran berulang. Wanita yang mengalami keguguran berulang juga dapat menerima diagnosis infertilitas jika mereka mengalami keguguran dua kali atau lebih berturut-turut. Kurang dari 5% wanita akan mengalami keguguran 2x berturut-turut, dan 1% wanita akan mengalami keguguran 3x atau lebih keguguran.
Kemandulan tidak terbatas pada wanita.
Menurut American Society of Reproductive Medicine, sepertiga dari kasus-kasus ketidaksuburan disebabkan oleh faktor wanita, sepertiga disebabkan oleh faktor laki-laki, dan sepertiga sisanya karena masalah dari kedua belah pihak, atau alasan-alasan yang tak dapat dijelaskan. Ini patut Anda garis bawahi : infertile bukan hanya berasal dari faktor wanita, namun bisa berasal dari faktor pria juga. Mengapa harus digaris bawahi? Karena selama ini telunjuk selalu mengarah kepada wanita, yang menuduhnya sebagai wanita mandul atau tak becus menjadi istri. Dan yang juga tak kalah penting, Anda tidak sendiri dalam masalah fertilitas atau infertilitas ini. Ada jutaan pasangan suami istri yang mengalami masalah yang sama dengan Anda.
Infertilitas pada wanita:
-          Adanya gangguan ovulasi
-          Gangguan saluran telur
-          Pernah infeksi di mulut rahim
-          Endometriosis
Infertilitas pada pria:
-          Kualitas sperma tidak memenuhi standar normal (volume 2-5cc, konsentrasi 20 juta/cc, motilitas/gerakan sperma 50% bagus)
-          Adanya infeksi
-          Masalah hormonal
-          Kelainan kromosom
Untuk menentukan apakah seseorang infertile atau tidak, dibutuhkan suatu penelitian yang cukup rumit dan panjang. Harus step by step. Adanya wawancara yang mengharuskan Anda memberikan informasi secara rinci, USG, uji lab, pemeriksaan organ genital dan fisik, dsb.
www.ab:out.com & www.anakku.net
  sumber :
http://pondokibu.com/1652/tak-kunjung-hamil-infertil-kah
http://pondokibu.com/5895/kenapa-belum-hamil-hamil-juga-ya/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS



PEMBERIAN TABLET Fe PADA IBU HAMIL UNTUK MENCEGAH ANEMIA

 PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. Penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia  gizi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo,2002). Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. 36% (atau sekitar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001). Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II didapati 23 (74%) menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi.1
 DEFINISI ANEMIA PADA KEHAMILAN
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Winkjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.2
Yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta di tempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.1
Anemia defisiensi besi pada kehamilan
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.1
 PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN
          Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia.  Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.  Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.  Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002).  Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.2
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.1
 ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN1
          Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu :
  1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
  2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
  3. Kurangnya zat besi dalam makanan
  4. Kebutuhan zat besi meningkat
  5. Gangguan pencernaan dan absorbsi
Pada ibu hamil, beberapa faktor risiko yang berperan dalam meningkatkan prevalensi anemia defisiensi zat besi, antara lain :
  1. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar
  2. Pendarahan akut
  3. Pendidikan rendah
  4. Pekerja berat
  5. Konsumsi tablet tambah darah < 90 butir
  6. Makan < 3 kali dan kurang mengandung zat besi.
 GEJALA ANEMIA PADA KEHAMILAN
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.1,2
 DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL
          Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.  Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atoni), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infek­si dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri­natal, dan lain-lain).1
 FUNGSI Fe/ZAT BESI
          Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.3
 KEBUTUHAN Fe/ZAT BESI PADA MASA KEHAMILAN
          Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.  Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.  Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.  Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi.  Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari.  Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).2
Sumber lain mengatakan, kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.4
Besarnya angka kejadia anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. 4Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.1
Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan. Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari makanan, karena tablet Fe terbukti dapat menurunkan kadar seng dalam serum.4
 PEMBERIAN TABLET Fe UNTUK MENCEGAH ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat  atau Na-fero bisirat.  Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan.  Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).2
 PENELITIAN PEMBERIAN ASUPAN 90 TABLET BESI PADA IBU HAMIL DI UNIVERSITAS UDAYANA
Tujuan
          Untuk mengetahui efek 90 tablet suplemen besi setara 60 mg elemen besi dan 0,25 mg asam folat  pertablet saat hamil terhadap kejadian anemia dan status besi pada ibu hamil.
Materi dan Metode
          Suatu pelitian quasi-experimental dengan rancangan pretest-posttest dilakukan pada 65 ibu hamil dengan umur kehamilan kurang dari 24 minggu, tidak memiliki riwayat hemorhoid, batuk darah, tukang lambung dan penyakit darah lainnya di wilayah puskesmas Abiansemal Badung. Bahan perlakuan berupa tablet besi dengan kandungan 200 mg Ferus Sulfat (setara dengan 60 mg elemen besi) dan 0,25 mg asam folat. Tablet besi diberikan dengan dosis satu tablet perhari dan diberikan selama 13 minggu. Kadar Hb, MCV, MCH, dan MCHC diukur dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Perbedaan proporsi anemia, kadar MCV < 80 mm3, MCH < 27 pg/sel, dan MCHC < 30 g/dl antara sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan uji t dan uji Z dengan tingkat kemaknaan 5%.
Hasil
Sekitar 76,93% ibu hamil mengalami defisiensi besi dengan MCH < 27 pg/sel dan 35,28% menderita anemia (Hb < 11 g/dl) sebelum diberikan suplemen besi. Setelah diberikan suplemen besi sebanyak 90 tablet selama 13 minggu, ibu hamil dengan MCH < 27 pg/sel menurun dari 76,93% menjadi 27,43% dan kejadian anemia menurun dari 35,28% menjadi 9,35%. Secara kuantitatif, rerata Hb, MCH dan MCH juga meningkat secara bermakna (p < 0,05) setelah mendapat suplemen besi, sebaliknya MCV tidak berubah (p > 0,05). Akan tetapi, pada akhir perlakuan masih terdapat sekitar 27% ibu hamil mengalami defisiensi besi dan 9% masih anemia.
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lebih dari ¾ ibu hamil mengalami defisiensi besi dan lebih dari 1/3 mengalami anemia. Pemberian suplemen besi setara 60 mg elemen besi dan 0,25 mg asam folat per hari selama 13 minggu dapat menurunkan angka amenia serta meningkatkan status besi ibu hamil, tetapi 1/3 dari mereka masih menderita defisiensi besi dan 9% masih anemia. Oleh kerena itu, adalah sangat penting memberikan asupan besi sejak masa pre-maternal supaya cadangan besi pada saat hamil cukup memadai.5

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kasih makan hamsternya ya ^_^